Nyadran Makam Banyutemumpang – Nyadran adalah sebuah tradisi budaya yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama di daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Kegiatan nyadran dalam rangka mendoakan para pendahulu/ leluhur dan meningkatkan rasa kesatuan sosial. Tradisi nyadran biasanya dilakukan di tempat pemakaman atau makam pada tanggal 15 ruwah/ syaban.
Masyarakat Jawa meyakini bahwa ziarah ke makam merupakan bentuk penghormatan dan penghormatan kepada para leluhur terutama orang tua, simbah dan kerabat yang sudah meninggal. Tradisi nyadran di makam ini adalah salah satu bentuk penghormatan kepada para leluhur yang sudah meninggal. Salah satu tujuan diadakannya nyadran tidak lain adalah mendoakan. Bukan meminta-minta pada arwah leluhur..
Tradisi nyadran di makam juga memiliki rangkaian pemeliharaan kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar makam. Bebesik makam, motong rumput, membersihkan nisan, dan perawatan lingkungan makam.
Nyadran Makam Banyutemumpang
Pada nyadran di Makam Banyutemumpang ini diikuti oleh ahliwaris yang dimakamkan di makam banyutemumpang. Antara lain warga padukuhan Salakan, Banyutemumpang, Salam, Sambikerep maupun yang merantau di luar kota. Acara nyadran ini dipimpin oleh simbah Kaum Rois bapak Sudarmaji kemudian dilanjutkan ceramah singkat oleh Bapak Mujana.
Acara ini terselenggara atas koordinasi dari Pokgiat LPMK dan Ketua RT di padukuhan salakan. Persiapan yang dilakukan oleh masyarakat diantaranya memperbaiki resplang brak makam, bebesik makam, pemasangan tratag seng di seputaran brak yang juga di ikuti oleh warga banyu tumumpang rt 03.
