Nyadran di Banyutemumpang: Tradisi Mengirim Doa dan Bekti kepada Leluhur

Bagikan konten ini

Keyword pendukung: budaya Jawa, tradisi turun-temurun, malam 15 Ruwah, ampunan leluhur, Makam Banyutemumpang

Nyadran: Tradisi Menghormati Leluhur di Banyutemumpang

Nyadran adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Banyutemumpang untuk menghormati dan mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia. Kegiatan ini merupakan bentuk bekti seorang anak kepada arwah orang tua dan leluhur yang telah lebih dahulu berpulang. Selain sebagai wujud rasa hormat, Nyadran juga menjadi sarana untuk memohon ampunan bagi mereka yang telah tiada.

Nyadran di Bulan Ruwah: Mengirim Doa untuk Leluhur

Dalam kalender Jawa, Nyadran biasanya dilaksanakan pada bulan Ruwah atau Sya’ban, menjelang bulan suci Ramadan. Bulan ini diyakini sebagai waktu yang baik untuk mendoakan para leluhur, dengan harapan agar arwah mereka mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan.

Pelaksanaan Nyadran di Banyutemumpang

Tradisi Nyadran di Banyutemumpang dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Prosesi ini dimulai dengan “ngunduh” atau mengadakan doa di rumah-rumah warga yang bersedia menyelenggarakan Nyadran. Biasanya, kegiatan ini berlangsung selama beberapa hari sebelum puncaknya di malam 15 Ruwah, di mana masyarakat berkumpul di Makam Banyutemumpang untuk bersama-sama mengirim doa bagi para leluhur.

Nyadran di Makam Banyutemumpang umumnya diikuti oleh sekitar 20 warga, yang datang untuk berdoa, membaca tahlil, serta mengirimkan pahala bacaan Al-Qur’an untuk arwah keluarga yang telah tiada.

Makna dan Filosofi Nyadran

Lebih dari sekadar tradisi, Nyadran memiliki makna mendalam bagi masyarakat Banyutemumpang:

Menghormati dan mengenang leluhur

Menjalin kebersamaan antarwarga dalam doa dan kebaikan

Memupuk nilai-nilai gotong royong dan kepedulian sosial

Mengingat kematian sebagai pengingat untuk terus berbuat baik

Nyadran, Tradisi yang Perlu Dilestarikan

Di tengah perkembangan zaman, tradisi Nyadran tetap dijaga sebagai bagian dari identitas budaya Jawa di Banyutemumpang. Generasi muda diharapkan dapat ikut serta dalam kegiatan ini agar nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya tetap terjaga dan tidak luntur oleh perubahan zaman.

Bagikan konten ini
Maruf
Maruf

Admin web banyutumumpang.com jurnalistik warga desa. Mengabarkan kehidupan kemasyarakatan warga Daerah Istimewa Yogyakarta.

Warga kampung Banyutemumpang RT 03 Padukuhan V Salakan, Kalurahan Bangunjiwo, Kapanewon Kasihan.

Articles: 55

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *