Wonge Teko? Pentingnya Kehadiran dalam Gotong Royong

Bagikan konten ini

Wonge teko? Tugas penulis yang juga sebagai juru absen dalam kegiatan gotong royong. Kehadiran utamanya akan mempercepat proses kerja dalam gotong royong.

Dalam pelaksanaannya, sudah ada susunan kepanitiaan pembangunan yang menjadi motor penggerak pelaksanaan gotong royong pembangunan ini.

Panitia Pembangunan 2023

Ketua : Kasidi
Sekretaris : Ma’ruf Cahyadi
Juwanto

Sie. Pembangunan :
Sukirjo

Sie. Konsumsi :
Bu Pairah
Kamad
Rifai

Sie. Perlengkapan :
Giyono
Tri Mulyadi
Sunarwoto
Agus Riyanto
Bagiyo
Punardi

SDM yang membidangi pelaksanaan pembangunan di RT 03 dalam hal ini seksi pengerah gotong-royong adalah pak Sukirjo. Tugasnya untuk memonitor dan membagi tugas agar jalannya gotong royong bisa terlaksana dengan baik dan memberikan pengarahan tugas bagi warga yang gotong-royong. Peran yang penting, jika tidak dibagi tugas akan memakan waktu yang lama dan tidak efisien dalam pelaksanaan gotong royong.

Wonge Teko
Wonge Teko

Proses pengecoran jalan ada beberapa bidang yang membutuhkan ahlinya ahli.

  • Patehan/ Godok Wedang 2 orang
  • Pengairan 1 orang
  • Supir molen 1 orang
  • Isi Semen 2 orang
  • Supir Angkong 7 orang
  • Tukang 5 orang
  • Isi Pasir 3 orang
  • Isi Sirtu/ Koral 3 orang
  • Angkat Ember Pasir 8-9 orang
  • Angkat Ember Koral 7-8 orang
  • Pasang Bekesting 3 orang
  • Narik Angkong 3 orang
  • Rata-rata Campuran 1 orang

Dari data diatas jika dengan warga laki-laki yang sekitar 40an dan jika di plot sesuai bidang tentu saja akan ada yang dobel dalam tugasnya. Tentu dengan adanya warga cgb 1-2 yang ikut bergabung dalam gotong royong membuat proses kerja semakin efisien dan cepat. Wonge Teko

Untuk itu kehadiran menjadi peran krusial dalam pelaksanaan gotong-royong. Untuk itu sesuai hasil musyawarah pengurus, warga yang tidak hadir diwajibkan membayar uang kontribusi sebagai dukungan dalam proses pembangunan ini, setiap ketidak hadiran membayar Rp. 20.000,-

Iuran tersebut tergolong murah banget, di kampung tetangga tidak hadir harus bayar 100rb – 150rb. Dalam hal ini kami belajar dari periode sebelumnya yang pernah disepakati bersama ketidak hadiran tidak dikenakan “denda” malahan yang hadir lebih sedikit dan proses pengerjaan semakin lama. Otomatis jika pengerjaan semakin lama, akan mengeluarkan biaya konsumsi yang semakin banyak.

Wonge Teko?

Dari data yang penulis himpun, sudah terkumpul dana 610rb dan digunakan 500rb untuk kEbutuhan penambahan material pasir dalam gotong royong talud jalan. Uang ini tentu digunakan kembali untuk pembangunan, bukan masuk kantong pak RT.

Untuk warga yang sakit ringan/ tidak rawat inap di rumah sakit tetap di anggap Absen/ tidak hadir dan wajib membayar kontribusi. Tetapi yang sakit ranap akan dibebaskan dari biaya kontribusi.

Data absen sudah kami update di google sheet, agar bisa diakses kapanpun dan real time. Ini menjadi salah satu proses digitalisasi administrasi kampung digital di Bangunjiwo khususnya dusun Banyu Tumumpang RT 03.

Data absen gotong royong Talud dan Pengecoran Jalan serta rekap data warga yang sudah membayar bisa di lihat di file dibawah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu-Ibu Dasa Wisma di RT 03 yang telah menyiapkan “konco wedang” kudapan snack untuk mengganjal bapack2 yang bergotong royong. Tak hanya masak, tapi juga harus tombok uang untuk mencukupi anggaran konsumsi.

Wonge Teko Lurr Gotong Royong Wingi?

Bagikan konten ini
Maruf
Maruf

Admin web banyutumumpang.com jurnalistik warga desa. Mengabarkan kehidupan kemasyarakatan warga Daerah Istimewa Yogyakarta.

Warga kampung Banyutemumpang RT 03 Padukuhan V Salakan, Kalurahan Bangunjiwo, Kapanewon Kasihan.

Articles: 53

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *